Sepakbola
adalah pertandingan yang menyenangkan. Olahraga ini menjadi olahraga favorit di
Indonesia. Namun, sifat sepakbola yang menuntut kecepatan, kekuatan fisik, dan
bertemunya kedua kubu pemain yang bertanding tanpa pembatas daerah dapat
menimbulkan cedera pada pemain. Cedera adalah sesuatu kerusakan pada struktur
atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun
kimiawi. Dalam sepakbola, cedera pemain terutama disebabkan tekanan fisik. Kita
mungkin pernah mendengar kisah Marco van Basten yang harus mundur dari
sepakbola karena cedera panjang atau kisah pesepakbola lainnya yang masuk kamar
operasi karena dikasari oleh lawan.
Cedera
dapat menghilangkan masa depan pemain sepakbola. Selain itu, biaya yang besar
harus dibayar untuk memperbaiki fungsi tubuh yang hilang. Kita mengetahui bahwa
Marco van Basten telah merelakan masa emasnya sebagai pemain menghilang karena
cedera yang tak sembuh-sembuh. Saya berharap kepada seluruh pemain dan official
tim untuk meletakkan faktor keselamatan dan masa depan pemain (yang mungkin
juga pelajar) jauh lebih tinggi dari pada kemenangan tim semata.
Penyebab
Cedera
Cedera
dapat disebabkan kurangnya pemanasan dan peregangan sebelum bermain atau
benturan fisik. Pemanasan adalah syarat penting untuk pemain sebelum masuk
lapangan. Pemain disarankan untuk melakukan pemanasan sekitar 15 menit sebelum
bermain. Dengan pemanasan, pemain menyiapkan otot dan jantung untuk kegiatan
fisik selama bermain sepakbola.
Benturan
fisik dalam sepakbola dapat disebabkan oleh bola dan benda lainnya di lapangan
seperti rumput, pasir/tanah, tiang gawang, sepatu, dan bagian tubuh lawan.
Benturan fisik yang ringan dapat menimbulkan luka ringan seperti luka lecet dan
luka robek yang tidak terlalu lebar. Benturan fisik yang keras dapat
menimbulkan akibat yang serius seperti cedera kepala (trauma kapitis), trauma
tumpul pada organ dalam, maupun patah tulang.
Jenis
Cedera yang Mungkin Terjadi dalam Sepakbola
- Luka luar (lecet/robek)
Luka
luar dapat dilihat dari tanda-tanda timbulnya kemerahan pada kulit hingga robekan
kulit yang mengeluarkan darah.
- Kram (cramp/kejang otot)
Kejang
otot disebabkan oleh terjadinya kelelahan otot, dehidrasi, menurunnya kadar
kalsium dan kalium dalam darah. Bagian otot yang paling sering kelelahan adalah
betis (sering disebut dengan istilah naik betis) meskipun otot paha juga cukup
rentan mengalami hal serupa. Otot yang kelelahan akan menimbulkan nyeri yang
bervariasi dari ringan hingga sedang. Otot yang kram akan terasa keras karena
otot melakukan kontraksi (pemendekan serabut otot).
- Robekan otot, putus tendon, pecah tendon (tendon
rupture)
Secara
tradisional, kedua cedera yang pertama ini dikenal sebagai keseleo. Cedera ini
biasanya disebabkan oleh kurangnya pemanasan, peregangan, atau tackling
keras pada lutut/mata kaki. Robekan/putus tendon ditandai dengan gangguan
gerakan sendi. Tendon yang putus akan segera tertarik oleh otot dan sulit
disatukan dengan bagian tendon lainnya yang melekat ke tulang. Tendon yang
putus memerlukan tindakan pembedahan. Terkadang, tendon dapat pula bergeser
dari tempatnya melekat. Pecah sebagian tendon pada tumit dapat dilihat sebagai
penggembungan pada bagian tendon yang pecah.
- Patah/Retak tulang
Patah
tulang kecil maupun tulang panjang dapat terjadi dalam sepakbola. Kesalahan
posisi tubuh dalam mendarat atau tackling keras dapat menimbulkan patah tulang.
Jika terjadi, pemain akan merasakan nyeri hebat. Kelainan bentuk tulang dapat
segera diamati jika patah tulang mengalami pergeseran fragmen (sliding). Jika
tidak tampak kelainan bentuk tulang, patah tulang dapat dikenali dengan
timbulnya bunyi crepitatio (seperti krek, krek) ketika kedua fragmen tulang
digerakkan.
Patah
tulang pada tulang pipa betis dapat segera diamati dengan adanya malformasi
(kecacatan) . Namun, patah tulang pada bagian paha sukar diamati. Patah tulang
paha sangat mungkin menimbulkan perdarahan yang banyak, nyeri yang hebat karena
memendekknya otot paha sehingga penderita akan segera masuk ke dalam keadaan shock
akibat perdarahan.
- Trauma tumpul (pukulan/sikutan/tendangan) ke arah tubuh
Trauma
tumpul pada daerah perut, pada awalnya, akan menunjukkan jejas (tanda cedera)
pada kulit di mana terjadi benturan. Jika benturan bersifat keras dan mengenai
organ dalam perut seperti usus, lambung, hati, pankreas, dan limpa maka
perdarahan akan terjadi karena luka robek. Perdarahan ini biasanya tidak
tampak/tidak dapat dilihat. Perdarahan organ dalam akan menimbulkan reaksi hypovolemic
shock dan peritonitis (radang perut) karena banyak volume
darah yang mengalir ke rongga perut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar